Jum. Mar 21st, 2025

Sebulan Terendam Banjir, Zubaidah Bertahan Demi Suami yang Terbaring Sakit

Zubaidah tetap merawat suaminya walau di dalam rumah sedang kebanjiran di Desa Simpang Lima, Kecamatan Cintapuri Darussalam, Kabupaten Banjar.

Banjar – Hampir satu bulan sudah Zubaidah, warga Desa Simpang Lima, Kecamatan Cintapuri Darussalam, Kabupaten Banjar, hidup dalam genangan banjir. Warung kecil yang menjadi sumber penghidupannya terpaksa tutup, membuatnya kehilangan pemasukan. Di tengah kondisi sulit ini, ia tetap bertahan untuk merawat suaminya yang terbaring sakit.

Sejak 7 Januari 2025, Zubaidah harus menjalani kesehariannya dengan kaki dan celana selalu basah. Rumah dan warungnya terendam banjir, memaksanya hidup dalam keadaan yang serba sulit. Bahkan, ancaman dari ular sanca yang kerap melintas di sekitar rumahnya pun tak lagi dihiraukannya.

“Beginilah setiap harinya. Jualan tidak bisa lagi karena banjir. Tapi, Alhamdulillah suami saya sakitnya sudah tidak separah pas awal banjir tadi,” ujar Zubaidah dengan mata berkaca-kaca.

Suaminya terserang vertigo sejak dua pekan lalu dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Bahkan untuk mengangkat kepala saat makan dan minum pun terasa berat baginya.

“Makanya beliau saya suruh istirahat saja dulu,” kata Zubaidah.

Meskipun banjir sudah setinggi lutut, Zubaidah enggan mengungsi. Ia khawatir kondisi suaminya semakin memburuk jika harus berpindah tempat.

“Kalau dibawa ke luar takutnya tambah parah vertigo bapak,” katanya.

Zubaidah sudah berusaha membawa suaminya berobat ke puskesdes setempat. Kini, kondisinya sedikit membaik dan sudah bisa menggerakkan kepala dan tangan. Namun, kenangan dua pekan lalu masih membuatnya bergidik. Saat itu, ia menemukan suaminya dalam kondisi tertelungkup di samping ranjang dengan air banjir hampir mencapai dada.

“Untungnya wajah bapak tidak sampai terendam air,” kenangnya.

Dengan sekuat tenaga, Zubaidah segera mengangkat suaminya ke kasur dan mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Ia hanya bisa berharap agar banjir segera surut dan suaminya bisa pulih sepenuhnya.

“Tidak bisa banyak pikiran, langsung drop beliau. Jadi mudahan bisa cepat reda banjirnya,” harapnya.

Di tengah keterbatasan, Zubaidah tetap bertahan dengan penuh ketegaran. Kehidupan di tengah banjir yang telah berlangsung sebulan ini menjadi ujian berat baginya. Namun, demi suami tercinta, ia tak menyerah menghadapi keadaan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *