Konsep Awal Hari dalam KHGT, Mewujudkan Persatuan Umat Lewat Kalender Islam Global

- Penulis

Rabu, 25 Juni 2025 - 01:25 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tulisan Susiknan Azhari mengupas konsep awal hari dalam Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sebagai fondasi persatuan umat Islam melalui penyeragaman penanggalan berdasarkan visibilitas hilal pertama. Foto : suaramuhammadiyah.id

Tulisan Susiknan Azhari mengupas konsep awal hari dalam Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sebagai fondasi persatuan umat Islam melalui penyeragaman penanggalan berdasarkan visibilitas hilal pertama. Foto : suaramuhammadiyah.id

Ragam – Susiknan Azhari, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dalam sebuah tulisan yang terbit pada Selasa 13 Juni 2025, menekankan pentingnya memahami konsep permulaan hari dalam inisiatif Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).

Bagi Susiknan, ini bukan sekadar pembaruan teknis, melainkan fondasi peradaban baru yang mendambakan kesatuan umat dalam pelaksanaan ibadah.

KHGT hadir sebagai jawaban atas kebutuhan lama umat Islam: kalender Islam yang seragam di seluruh dunia. Dengan sistem ini, momen-momen penting seperti awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha bisa dilaksanakan secara serempak, tanpa perbedaan hari antarnegara.

Konsep ini menegaskan semangat wahdatul ummah (persatuan umat) yang selama ini menjadi isu sentral dalam wacana keislaman global, sekaligus menjadi pijakan utama dalam upaya penyatuan kalender Islam.

Titik Awal: Dimulai dari Hilal Pertama

Salah satu terobosan KHGT adalah penetapan awal hari hijriah berdasarkan Titik Visibilitas Hilal Pertama/wilayah di muka bumi yang pertama kali memenuhi syarat astronomis untuk melihat hilal, yakni ketinggian minimal 5 derajat dan elongasi 8 derajat.

Jika suatu wilayah berhasil melihat hilal secara valid, umat Islam di dunia menetapkan keesokan harinya sebagai 1 Hijriah secara global.

Misalnya, jika ijtimak (konjungsi matahari dan bulan) terjadi sebelum pukul 00.00 UTC dan hilal dapat terlihat di wilayah seperti New Zealand atau Amerika, maka umat Islam di seluruh dunia akan menetapkan keesokan harinya sebagai awal bulan hijriah—meskipun waktu dan zona secara lokal bisa berbeda.

Data dalam buku Kalender Islam Global karya Sriyatin Shodiq dan Ainul Yaqin al-Falaky menunjukkan penerapan prinsip ini secara nyata.

Baca Juga:  Kalender Hijriah Global Tunggal, Inisiatif Muhammadiyah Satukan Umat Dunia

Pada bulan Syakban 1487 H (2064 M), hilal pertama terlihat di Wellington, New Zealand, dengan ketinggian 07°13’50” dan elongasi 08°18’49”. Sementara pada Ramadan 1469 H (2046 M).

Visibilitas hilal pertama tercatat di Yogyakarta, Indonesia, pada Ramadan 1469 H/2046 M, dan di Los Angeles, Amerika Serikat, pada Ramadan 1521 H/2097 M.

Global, Bukan Lokal

Inilah yang membedakan KHGT dari konsep visibilitas hilal Neo-MABIMS, yang hanya berlaku di kawasan tertentu. KHGT menggunakan cakupan global, dari Pasifik Timur hingga Atlantik Barat. Artinya, seluruh umat Islam dapat memiliki acuan waktu hijriah yang sama, meski waktu lokal berbeda-beda.

Contohnya, ketika hilal terlihat di Samudera Pasifik Timur dan KHGT menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Sabtu, umat Islam di seluruh dunia akan mulai berpuasa pada hari yang sama. Di Amerika Serikat, meskipun waktu setempat masih menunjukkan Jumat sore, umat Islam tetap memulai 1 Ramadan pada Sabtu sesuai penetapan global KHGT.

Hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi menegaskan hal ini, ketika Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa itu pada hari kalian semua berpuasa, dan Idulfitri pada hari kalian semua berbuka.”

Hadis ini mengisyaratkan pentingnya keseragaman waktu dalam pelaksanaan ibadah kolektif.

Namun demikian, KHGT tidak menghapus tradisi penentuan waktu ibadah berdasarkan posisi matahari setempat. Salat, tarawih, dan aktivitas keagamaan lainnya tetap mengacu pada waktu lokal. Penentuan tanggal hijriah melalui KHGT bersifat administratif dan kolektif, umat Islam di seluruh dunia menggunakannya secara serempak layaknya kalender masehi, tanpa menghilangkan perbedaan zona waktu yang tetap berlaku secara lokal.

Berita Terkait

KHGT Dikritik karena Abaikan Rukyat Lokal, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Kalender Hijriah Global Tunggal, Inisiatif Muhammadiyah Satukan Umat Dunia
Buku The Satanic Verses: Karya yang Membuat Penulisnya Hidup dalam Pelarian
Kehidupan Mewah Pengemis Ini Akan Membuat Anda Terkagum-kagum!
Dampak Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Kenali Penyebab dan Solusinya
Pesta Spesial Muhammad Andina Tonaratang RH yang Tak Terlupakan
Jejak Gelar Haji di Masa Kolonial Belanda: Dari Simbol Perlawanan hingga Identitas Sosial
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Jumat, 19 September 2025 - 08:33 WITA

Pelatihan Berbasis Kompetensi, Strategi Pemkab Tanbu Cetak SDM Unggul

Selasa, 16 September 2025 - 11:57 WITA

H. GT. M. Erwin Arifin: Raperda Kerjasama Harus Beri Manfaat Nyata Bagi Warga

Selasa, 16 September 2025 - 11:45 WITA

Raperda Kerjasama Daerah Dibahas, DPRD Tanah Bumbu Dengar Jawaban Bupati

Selasa, 16 September 2025 - 11:37 WITA

Rapat Komisi II DPRD Tanah Bumbu Soroti Urgensi Relokasi Pasar Pagatan

Selasa, 16 September 2025 - 11:28 WITA

Ratusan Hektare Lahan Tercemar, DPRD Tanah Bumbu Gelar RDP dengan Perusahaan Tambang

Selasa, 16 September 2025 - 08:54 WITA

BPBD Tanah Bumbu Ajak Warga Siaga Hadapi Potensi Bencana Hidrometeorologi

Selasa, 16 September 2025 - 07:06 WITA

DPRD Tanah Bumbu Siap Kawal Program Anti-Narkoba, Abdul Rahim: Ini Perang Bersama

Selasa, 16 September 2025 - 06:55 WITA

Dua Raperda Inisiatif Dibahas, DPRD Tanah Bumbu Jawab Pendapat Bupati

Berita Terbaru

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x