KHGT Dikritik karena Abaikan Rukyat Lokal, Ini Tanggapan Muhammadiyah

- Penulis

Rabu, 25 Juni 2025 - 01:45 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) menuai kritik karena dinilai abaikan rukyat lokal. Muhammadiyah menjawab dengan pendekatan astronomi dan matlak global. Foto : Ilustrasi

Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) menuai kritik karena dinilai abaikan rukyat lokal. Muhammadiyah menjawab dengan pendekatan astronomi dan matlak global. Foto : Ilustrasi

Ragam – Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) hadir sebagai upaya modern untuk menyatukan umat Islam dalam satu sistem penanggalan yang seragam secara global. Gagasan ini lahir dari kebutuhan umat akan kepastian waktu ibadah, terutama untuk Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha di tengah realitas dunia yang semakin terhubung.

Namun, KHGT tak luput dari kritik, terutama dari mereka yang berpijak pada paradigma rukyat lokal.

Bagi Muhammadiyah, kritik terhadap KHGT bukanlah hal yang perlu ditolak, justru disambut sebagai bagian dari dinamika keilmuan. Kritik semacam ini menjadi cermin perbedaan sudut pandang dalam memahami dalil dan fenomena astronomi.

Salah satu kritik utama terhadap KHGT adalah anggapan bahwa sistem ini “memaksakan” awal bulan Hijriah secara global.

Artinya, ada wilayah yang harus memasuki bulan baru meskipun hilal belum terlihat di sana, dan sebaliknya, ada wilayah yang harus menunda meskipun sudah melihat hilal. Situasi semacam ini paling sering terjadi ketika posisi hilal masih di bawah ufuk di kawasan timur.

Pihak yang mengkritik biasanya berpegang pada pendekatan rukyat lokal yaitu bulan sabit harus terlihat secara fisik sebagai syarat sah masuknya bulan baru.

Sementara itu, KHGT mengusung pendekatan berbasis realitas astronomi dan kesatuan matlak global, bukan semata-mata ketampakan visual.

Baca Juga:  Pesta Spesial Muhammad Andina Tonaratang RH yang Tak Terlupakan

Perbedaan Paradigma: Fisik vs Eksistensial

Dalam tradisi fikih klasik, ketampakan hilal menjadi patokan utama. Hilal harus di atas ufuk dan dapat dilihat, atau setidaknya memenuhi kriteria imkanu rukyat.

Namun, banyak literatur fikih yang membahas matlak global tidak secara mendalam menjelaskan aspek saintifik dari fase bulan. Inilah yang membuat perlu adanya penjelasan ulang, terlebih bagi mereka yang masih mengedepankan pendekatan visual-lokal.

Menurut pakar falak Muhammadiyah, Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar, pendekatan KHGT dapat dijelaskan melalui tiga fondasi ilmiah berikut:

1. Fase Bulan Adalah Fenomena Global

Bulan mengalami fase-fase yang bersifat global, sementara ketampakan hilal hanya bersifat lokal. Setelah terjadi konjungsi (ijtima’) yakni titik ketika bulan dan matahari sejajar, hilal secara astronomis sudah mulai eksis, walaupun belum terlihat oleh mata manusia.

Allah berfirman dalam QS. Yasin (36):39:

“Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bulan sehingga setelah sampai ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti tandan tua.”

Dalam konteks ini, meskipun hilal berada di bawah ufuk di suatu tempat, keberadaannya tetap sah secara global. KHGT menempatkan ini sebagai pijakan untuk menentukan awal bulan.

Berita Terkait

Konsep Awal Hari dalam KHGT, Mewujudkan Persatuan Umat Lewat Kalender Islam Global
Kalender Hijriah Global Tunggal, Inisiatif Muhammadiyah Satukan Umat Dunia
Buku The Satanic Verses: Karya yang Membuat Penulisnya Hidup dalam Pelarian
Kehidupan Mewah Pengemis Ini Akan Membuat Anda Terkagum-kagum!
Dampak Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Kenali Penyebab dan Solusinya
Pesta Spesial Muhammad Andina Tonaratang RH yang Tak Terlupakan
Jejak Gelar Haji di Masa Kolonial Belanda: Dari Simbol Perlawanan hingga Identitas Sosial
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Jumat, 19 September 2025 - 08:33 WITA

Pelatihan Berbasis Kompetensi, Strategi Pemkab Tanbu Cetak SDM Unggul

Selasa, 16 September 2025 - 11:57 WITA

H. GT. M. Erwin Arifin: Raperda Kerjasama Harus Beri Manfaat Nyata Bagi Warga

Selasa, 16 September 2025 - 11:45 WITA

Raperda Kerjasama Daerah Dibahas, DPRD Tanah Bumbu Dengar Jawaban Bupati

Selasa, 16 September 2025 - 11:37 WITA

Rapat Komisi II DPRD Tanah Bumbu Soroti Urgensi Relokasi Pasar Pagatan

Selasa, 16 September 2025 - 11:28 WITA

Ratusan Hektare Lahan Tercemar, DPRD Tanah Bumbu Gelar RDP dengan Perusahaan Tambang

Selasa, 16 September 2025 - 08:54 WITA

BPBD Tanah Bumbu Ajak Warga Siaga Hadapi Potensi Bencana Hidrometeorologi

Selasa, 16 September 2025 - 07:06 WITA

DPRD Tanah Bumbu Siap Kawal Program Anti-Narkoba, Abdul Rahim: Ini Perang Bersama

Selasa, 16 September 2025 - 06:55 WITA

Dua Raperda Inisiatif Dibahas, DPRD Tanah Bumbu Jawab Pendapat Bupati

Berita Terbaru

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x